12 September 2013

Sukses Dengan Inovasi Gudeg Kaleng


gudeg_yayah photo gudeg_yayah_zpscd1c4f10.jpg

Kebanyakan orang jika mampir ke Jogja pasti ingat kuliner khas Jogja yakni gudeg, masakan dari bahan nangka muda (gori) yang memiliki cita rasa tersendiri. Gudeg pula yang membuat Jogja dikatakan sebagai kota yang tidak pernah tidur, karena para penjual gudeg silih berganti menggelar dagangan dari dini hari hingga tengah malam. Sejak puluhan tahun lalu gudeg memang telah menjadi kuliner paling populer di Jogja. Tidak hanya sentra gudeg, namun hampir di setiap sudut kota bisa ditemukan makanan yang nikmat disajikan bersama sambel goreng (krecek) pedas tersebut. Banyak turis/ wisatawan yang khusus jauh-jauh datang ke Jogja hanya ingin menikmati gudeg, baik gudeg kering, gudeg basah, maupun gudeg manggar. Tidak jarang mereka membawa gudeg sebagai buah tangan/ oleh-oleh untuk dibawa pulang ke kota asalnya.

Lahirnya Inovasi Gudeg Kaleng

Adalah Chumairo Ibnatul Arobiyah (25), atau yang biasa disapa Mbak Yayah, berinovasi menawarkan gudeg dalam kemasan kaleng, sebagai alternatif oleh-oleh khas Jogja yang tidak hanya lezat, tetapi bisa dibawa kemana saja tanpa khawatir akan basi.. Sehingga jika Anda ingin menikmati kelezatan gudeg maka Anda tidak perlu harus jauh-jauh datang ke Jogja. Karena telah ada kreasi gudeg yang dikemas menggunakan kaleng dengan daya tahan bisa sampai satu tahun.

Pada awalnya, alumni jurusan ekonomi manajemen perguruan tinggi swasta di Jogja tersebut memperkenalkan gudeg kaleng kreasinya dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan Ditjen Dikti. Dari ajang tersebut, dia berfikir untuk mengaplikasikan hasil kreasinya tersebut dalam bentuk sebuah usaha. “Saya berfikir kenapa hanya berhenti di proposal saja, kebetulan ide tersebut juga mendapat apresiasi dari pemerintah, sehingga saya mantap untuk menjadikannya sebagai sebuah usaha,” demikian kata mbak Yayah.

Di tahun 2010, Yayah masuk 10 besar dalam kejuaraan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Diren Dikti, dimana saat itu Yayah bersama tim membuat gudeg dalam kemasan kaleng. Nah di saat itulah Yayah menangkap prestasi itu sebagai peluang usaha. Yayah pun mulai mendesain ulang kemasan gudeg kaleng hingga akhirnya tercipta gudeg kaleng Mbak Yayah dengan kemasan warna hijau. “Saat itu memang belum banyak yang menangkap peluang gudeg kaleng ini, kenapa aku tidak mencoba aja untuk usaha" kata dia.

Melalui media online serta jejaring sosial, Yayah melakukan ‘petualangan’ bisnisnya dengan share informasi (edukasi) ke masyarakat terkait dengan produknya. Hal itu dirasanya sangat penting karena masyarakat belum begitu familiar dengan produk gudeg kaleng, baik dari segi rasa maupun keawetan produknya. “Dukungan aktif dari beberapa pihak seperti dinas LIPI dan dinas pariwisata dalam memperkenalkan produk gudeg kaleng ini secara tidak langsung membantu saya dalam hal pemasaran, karena masyarakat lambat laun mulai tertarik dengan gudeg kaleng,” lanjut gadis yang menekuni bisnis properti itu juga.

Gudeg Kaleng Tanpa Bahan Pengawet

Meskipun menggunakan kaleng sebagai kemasan produknya, namun Yayah menjamin jika produknya tidak kalah dengan gudeg yang dijual secara konvensional. Bahkan dari segi komposisi, gudeg kaleng mbak yayah tergolong komplit, karena berisi gori, telur bebek 1 butir, ayam kampung suir, krecek, sambel goreng tempe, areh, dan cabe. “Gudeg kaleng ini isinya gudeg basah, diproduksi dengan tanpa bahan pengawet, MSG, maupun pewarna, namun bisa bertahan selama satu tahun,” imbuhnya.

Meski sudah dimasukan dalam kaleng, Yayah berkata tak perlu meragukan soal rasanya, sebab gudeg kaleng ini dijamin lezat, gurih dan bercita rasa tinggi. Selain jaminan mutu soal rasa, gudeg kaleng ini telah melalui penelitian LIPI dan telah mengantongi sertifikat Badan POM dan sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia. “Makanan itu bisa basi karena bakteri, sehingga kami melakukan proses membunuh bakteri dengan vakumisasi, kemudian menggunakan cairan khusus untuk memastikan kaleng aman dan tidak bocor, sehingga bakteri tidak bisa masuk,” jelas Yayah.

Bagi Yayah, apa yang didapatkannya saat ini tidak terlepas dari kerja keras serta evaluasi yang dilakukannya secara kontinyu, baik dari segi produk maupun usahanya. Hal terpenting yang Yayah rasakan adalah merasa senang dan bangga ketika bisa mengangkat Jogja dengan gudeg tradisionalnya menjadi makanan modern yang bisa dinikmati semua orang. “Menjadi cita-cita saya ketika gudeg kaleng ini nantinya akan menjadi salah satu ikon Jogja, serta bisa merambah dunia internasional,” lanjut Yayah. Untuk ke arah situ, Yayah beserta tim terus melakukan perbaikan di berbagai sektor, serta mengoptimalkan proses pemasaran yang ada saat ini.

Setelah berjalan kurang lebih 3 tahun, kini Yayah mulai menikmati proses pengembangan usahanya. Dibantu 7 orang karyawannya, dalam sebulan dirinya bisa memproduksi 1.000 pcs gudeg kaleng per minggunya. Produk gudeg kaleng tersebut sebagian besar di pasarkan ke luar kota, karena konsumen utamanya berasal dari ranah online. “Selain kami dan tim, untuk pemasaran juga dibantu teman-teman yang bisa dikatakan online holic, mereka kami berikan keleluasaan untuk menjadi reseller dan memasarkan produk gudeg kaleng ini,” tambahnya.

“Intinya jangan takut untuk memulai walaupun ada air mata sebelumnya, kemudian jangan takut menuangkan ide yang kita miliki, serta paling utama restu dan support langsung dari kedua orang tua kita,” jelasnya mantap.

Untuk pemasaran, selain di rumah produksi di Jalan Monjali No. 20, Nandan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Gudeg kaleng Mbak Yayah bisa dipesan secara online di jejaring sosial Facebook di Gudeg kaleng Mbak Yayah, atau twitter @mbakyayahGK. Selamat mencicipi kuliner gudeg kaleng mbak Yayah! dan bagi Anda jangan pernah berhenti berinovasi untuk menciptakan produk wirausaha yang baru.

Sumber foto: jogja.tribunnews.com


ARTIKEL TERKAIT:

0 komentar:

Post a Comment

Tulis komentar sobat

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2013 Wirausaha Impian | Design by BLog BamZ