13 November 2014

Kisah Sukses Mas Kelik dengan Usaha Geplak dan Peyek


 photo kelik_zpsbbd4d5c9.jpg
Nama lengkapnya adalah Arifdiarto Ambar Wirawan (35) atau lebih akrab dipanggil Kelik berhasil menjadi pengusaha sukses. Usaha yang digelutinya adalah memproduksi makanan khas desa yakni geplak dan peyek tumpuk . Usaha ini sudah Ia geluti bersama istrinya selama sekitar 10 tahun, dan omzet yang diraihnya mencapai Rp 60 juta per bulan. Wow…

Dengan keuntungan 30%, Kelik bisa menyisakan keuntungan sekitar Rp 18 juta per bulan. Nilai keuntungan yang tergolong luar biasa bagi pengusaha lulusan SMA di Kabupaten Bantul Yogyakarta ini. Kebutuhan bahan-bahan pembuatan peyek dan geplak sehari sekitar 2,5 kuintal gula pasir untuk membuat geplak. Untuk peyek tumpuk, ia butuh sekitar 50 kilogram kacang dan 25 kilogram tepung beras per hari. Tenaga kerja yang membantunya dalam memproduksi peyek dan geplak sebanyak 20 orang.

Kelik membuka usaha geplak dan peyek tumpuk di tokonya di Jalan Wahid Hasyim Bantul. Sedangkan untuk tempat produksi berada di rumah tempat tinggalnya yang berada dibelakang tokonya. Dulu, toko itu hanya berupa bangunan bambu, tetapi kini sudah berkembang menjadi bangunan permanen dengan desain lebih menarik.

Apa keunggulannya geplak buatan Kelik. Menurut dia, ia hanya menggunakan gula asli tanpa pemanis sehingga rasa manisnya lebih mantap. Tak heran jika geplak yang dijual seharga Rp 16.000 per kilogram itu laris manis. Bentuk geplaknya hampir sama dengan produk milik orang lain, tetapi dari segi rasa memiliki cita rasa yang beda.

Produknya selain geplak adalah peyek tumpuk. Yang istimewa dari peyek tumpuk adalah peyek ini dibuat dengan cara menyusun sehingga membentuk rangkaian peyek. Berbeda dengan peyek pipih yang dimasak dengan satu kali penggorengan, peyek tumpuk digoreng selama tiga kali. Penggorengan pertama dimaksudkan untuk membuat susunan peyek. Setelah terbentuk susunan, peyek dipindahkan ke penggorengan kedua. Pada penggorengan pertama, nyala api harus kuat agar efek panasnya tinggi. Tujuannya supaya kacangnya bisa lekas matang. Di penggorengan kedua, nyala api dibuat lebih kecil dengan tujuannya supaya peyek secara keseluruhan bisa matang.

Ide pembuatan peyek tumpuk sebenarnya berasal dari mertuanya yang kebetulan bernama Mbok Tumpuk. Sebagai menantu, Kelik berhasil meningkatkan usaha mertuanya dengan tetap mempertahankan nama Mbok Tumpuk sebagai identitas produknya.

Kelik hanya menjual geplak dan peyek tumpuknya di toko sendiri. Ia sengaja tidak menitipkannya ke toko-toko lain meski banyak permintaan. Ia khawatir bila dititipkan, harga dan kualitas tidak bisa terkontrol. Ia berharap bisa membuka gerai sendiri di kota-kota besar. Dengan pengendalian sendiri, ia yakin usahanya bisa maju karena semuanya lebih terkontrol.

Sampai sekarang, Kelik bersama istri masih terlibat langsung dalam proses peracikan bumbu untuk produksi geplak dan peyeknya.




ARTIKEL TERKAIT:

0 komentar:

Post a Comment

Tulis komentar sobat

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2013 Wirausaha Impian | Design by BLog BamZ